Arti Sapta Wasita Tama Setia Hati Terate
Table of Contents
PEDOMAN HIDUP SETIA HATI
Arti kata : SAPTA WASITA TAMA
- SAPTA : Tujuh
- WASITA : Tuntunan, pedoman
- TAMA : Utama, baik, luhur
Yang berarti : Tujuh Tuntunan/pedoman luhur.
DALIL-DALILNYA
- TUHAN menitahkan/menciptakan alam seisinya hanya dengan sabda : sebelum disabda alam seisinya pada Yang menyabda.
- Setelah alam seisinya ada (disabda), TUHAN menyertai sabda-Nya.
- Barang siapa meninggalkan AS, tergilaslah ia oleh lingkungan sekelilingnya.
- Barang siapa meninggalkan/melupakan permulaan, tak akan dapat ia mengakhirinya.
- Barang siapa meninggalkan keimbangan, tergelincirlah dia.
- Barang siapa mengaku hasil karyanya sebagai milik sendiri, terbelenggulah ia lahir dan batin.
- Barang siapa melatih/selalu melatih merasakan RASANING RASA (Sumbernya rasa), Insya Allah ia akan KEROSO ING SING ROSO (Ia akan terasa inti pada Pusat Roso) atau yang disebut "ROSO JATI/SEJATINING ROSO". Ia akan "Keroso kang tanpo sarono sariro" atau ia akan terasa tanpa menggunakan jasad.
SAPTA WASITA TAMA menuntun kita pada kesadaran diri sebagai totalitas. Proses ini sesungguhnya suatu bahan untuk mengenal diri pribadi secara bulat dan komplit.
UNGKAPAN DALIL-DALIL SECARA SINGKAT
Dalil (1) dan (2)
Mengungkapkan bahwa semua kejadian dan semua yang terjadi di alam semesta ini ada “YANG MENJADIKAN” itu tidak terpisah dari "YANG DIJADIKAN" dan "YANG TERJADI" (misalnya sinar matahari dan mata hari nya).
Untuk dapat memahami mari kita mencermin diri sendiri. Kita mengamati proses yang berlaku pada waktu sekarang ini. Kita mengikuti/menyertai proses yang sedang berlaku pada diri kita sekarang ini dengan penuh perhatian dan kesadaran ini tidak mudah, tetapi mungkin dilaksanakan.
Dalam hal ini sesungguhnya kita sudah melangkah pada alam dan suasana mawas diri atau intropeksi. Sehingga dengan melakukan mawas diri seperti tersebut diatas kita akan sampai pada kesadaran yang mendalam tentang keadaan diri pribadi kita sendiri pada waktu sekarang ini.
Kita akan terasa/merasakan dan sadar bahwasannya "AKU" ini hidup ........... kemudian kita akan terasa dan sadar bahwasannya ........... "AKU" ada disini dan "AKU" hidup sekarang ini.
Yang dimaksud dengan merasakan atau terasa di sini ialah jika kita sungguh-sungguh menghayati dengan menggunakan roso pangroso yang halus dan mendalam.
Yang dikatakan "Roso Pangroso" yang halus dan mendalam disini hakekatnya adalah "RASA KETUHANAN".
RASA KETUHANAN atau RASA KESUKSMAN ini yang akan membawa kita pada suatu KESUNYATAAN suatu "waarheid", suatu yang HAK, suatu yang mutlak, yaitu tidak dapat diragukan atau disangsikan lagi karena yang HAK atau yang mutlak itu hanya TUHAN.
Sesungguhnya selama hidup ini kita tidak dapat melepaskan diri dari ruang "disini" dan waktu "sekarang ini". Berbeda dengan "YANG MENGADAKAN" dan "YANG MENGHIDUPI".
Dia tiada waktu dan tiada batas ruang. Dialah melingkupi tempat dan waktu. DIA kekal, abadi sepanjang masa, tiada awal, tiada akhir, tetapi juga yang paling awal dan paling akhir.
DALIL 4
AWAL MULA itu sebagai titik tolak mulainya berproses, sedangkan titik akhir itu menunjukkan selesai habisnya proses. Jikalau kita melupakan/meninggalkan permulaan dalam arti kata kita tidak mau tahu lagi awal mula kita, kita akan tidak sampai pada akhir tujuan kita.
Di SANEPAKAN: "orang pergi dari rumah ke kantor untuk bekerja". Setelah tugasnya di kantor selesai, semestinya ia harus pulang kembali ke rumah tempat tingalnya semula, maka dia akan berkeliaran kesana-kemari (jadi tuna wisma).
DALIL 5
Kembali pada "AS". "AS" pada manusia adalah HATI SANUBARI yang berarti barang siapa meninggalkan HATI SANUBARI, dia akan tergelincir oleh lingkungan (omgeyeng).
Dalam pada itu "AS" berfungsi sebagai yang mengatur dan menentukan keseimbangan dan keserasian. Oleh karena itu berbuatlah selaras dengan (suara) HATI SANUBARI karena HATI SANUBARI-lah yang merupakan "AS" dari pada seluruh hidup dan kehidupan manusia.
DALIL 7
Yang di maksud dengan "RASA" disini bukanlah rasa manis, pahit, panas, dingin, hangat, segar, pula bukan rasa sedih, senang, dongkol, dan lain sebagainya ........... tetapi RASA dari kata RAHSA yaitu DARAH dari RASA.
RAHSA inilah yang menyerap dan meresapi seluruh tubuh secara merata. RAHSA ini pada azasnya "RASA KESUKSMAN", rasa yang dapat merasakan dan terasa adanya TUHAN. Karena RAHSA/RASA ini sesungguhnya, PANCARAN dari pada SINAR SIFAT HAYATI TUHAN.
Oleh karenanya untuk merasakan "RASA" tersebut, harus dihayati dengan menggunakan "rasa" pengrasa yang halus dan mendalam. Adapun yang dimaksud dengan ROSING ROSO ialah inti pusat daripada yang bersemayam di PUSAT JANTUNG tiap insan.
ROSING ROSO inilah yang biasanya disebut ROSO JATI, SEJATINING ROSO HATI SANUBARI, HATI NURANI, PRIBADI, dan lain sebagainya. Namun demikian, pada hakekatnya sesungguhnya hanya SATU dan TUNGGAL.
RASA dan RAHSA pada hakekatnya, RAHSA ini mewujudkan daya "hayati hidup" sebagai pancaran SINAR SIFAT HAYATI TUHAN yang mengandung DAYA, TENAGA atau KEKUATAN/ENERGI.
"JANTUNG"
JANTUNG pada pusatnya bermahligai HATI SANUBARI atau PRIBADI. DIA dalam lingkungan hidup berfungsi dan berkedudukan sebagai sumber penghimpun dan penyalur RAHSA, yaitu DARAH dan RASA bagi seluruh tubuh dengan sendi-sendi tubuh. Sebaliknya seluruh anggota tubuh dengan bagian-bagiannya dapat merasakan PUSAT JANTUNG yang membagi-bagikan darah terus menerus, tiada henti-hentinya secara ambanyu mili.
Proses ini dapat kita rasakan, apabila pernapasan kita berbuat dan memusat di PUSAT JANTUNG. Ini berarti bahwasannya PERNAPASAN itu tidak berhentikan di PARU-PARU saja, tetapi diteruskan ke arah PUSAT JANTUNG.
Jadi pemasukan napas berada di PUSAT JANTUNG dan pelepasan napas dimulai dari PUSAT JANTUNG.
Dengan penghayatan pernapasan seperti tersebut di atas yang dilakukan secara berturut-turut dan teratur, lambat laun kita dapat merasakan dan sadar akan status:
- PRIBADI / HATI SANUBARI sebagai "subyek" yang mengaku DIRI.
- DIRI PRIBADI secara utuh bulat selaku dan sebagai "PELAKU BULAT" dari pada "SUBYEK MUTLAK" ialah YANG MAHA ESA.
SAPTA WASITA TAMA sesungguhnya merupakan salah satu cara mawas diri introspeksi menurut ajaran SEJATINING HATI. Dalam penghayatannya ini dilakukan mulai PERNAPASAN yang berpusat dan memusat di JANTUNG.
KESIMPULAN
- a. Tanpa mengurangi hak azasi masing-masing kadang menganut suatu AGAMA atau kepercayaan atau keyakinannya terhadap YANG MAHA ESA, SAPTA WASITA TAMA diajarkan kepada kadang-kadang (saudara-saudara) SETIA HATI sebagai bimbingan mental spiritual dilandasi latihan pencak-silat SETIA HATI.
- b. Di samping itu, SAPTA WASITA TAMA diharapkan dapat memberikan bimbingan ke arah mengenal diri pribadi melalui latihan "mawas diri introspeksi" menurut ajaran SETIA HATI, yakni "Mengamati diri pribadinya yang sedang berproses pada saat sekarang ini."
- c. Bimbingan dimaksud diharapkan pula dapat menumbuhkan kesadaran tentang kedudukan seseorang sebagai SUBYEK atau "PELAKU BULAT" di dalam dan terhadap KODRAT dan IRADAT ILAHI.
- d. Sebagai pedoman hidup, SAPTA WASITA TAMA dimaksud dapat dipergunakan sebagai "pegangan atau tuntunan" mencapai "AS" dari pada hidup dan kehidupan ialah hat sanubarinya sendiri menuju kerasa "aman, sentausa, tentram" lahir batin, karena mempunyai kesadaran serta keyakinan yang mendalam bahwasannya TUHAN selalu menyertainya di mana saja, kapan saja, dan dalam keadaan bagaimana juga.
- e. SAPTA WASITA TAMA memberikan pula keyakinan bahwa hanya dengan sarana HATI SANUBARI diri pribadi kita secara utuh dan di dalam keadaan bagai manapun juga juga dapat merasakan dan kerasa adanya “TUHAN”.
Oleh karenanya diserukan bagi, kadang-kadang saudara-saudara SETIA HATI dalam setiap latihan rohani memperdalam HATI SANUBARI.
SUPPLETO
JANTUNG DALAM LINGKUPAN HIDUP
- A. PUSAT JANTUNG dalam lingkup hidup berkesinambungan sebagai penyalur DAYA dan RASA (RASA untuk keseimbangan bagian anggota tubuh).
- B. Sebaliknya, seluruh bagian anggota tubuh dapat merasakan PUSAT JANTUNG yang sedang membagi darah terus-menerus tiada hentinya.
Post a Comment