Pertandingan Pencak Silat Dipimpin oleh 1 Wasit dan 5 Juri
Table of Contents
Pertandingan Pencak Silat Dipimpin oleh 1 Wasit dan 5 Juri
Dalam setiap pertandingan pencak silat, keadilan dan ketertiban adalah nafas utama. Di balik sorak penonton dan gemuruh langkah pesilat di gelanggang, ada sosok-sosok yang menjaga keseimbangan nilai dan aturan: wasit dan juri.
Sesuai ketentuan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat), sebuah pertandingan resmi dipimpin oleh 1 orang wasit dan dibantu oleh 5 orang juri.
Formasi ini bukan sekadar teknis, melainkan cerminan dari falsafah luhur pencak silat, yaitu bahwa setiap keputusan harus lahir dari musyawarah, kejujuran, dan keseimbangan pandangan.
Makna Filosofis Keadilan di Gelanggang
Dalam falsafah silat, keadilan adalah nafas seorang kesatria.
Wasit dan juri bukan sekadar pengadil, tetapi penjaga nilai dan moral.
Mereka memastikan bahwa setiap pesilat menang karena kemampuan, ketulusan, dan kendali diri, bukan karena keberuntungan atau kekerasan.
Kehadiran enam orang pengadil, yaitu satu wasit dan lima juri, melambangkan prinsip keseimbangan:
Satu pusat kepemimpinan, lima penjaga pandangan.
Seperti mata air yang jernih dari lima arah, setiap juri menilai dari sisi yang berbeda, namun bermuara pada satu keputusan yang adil dan menyucikan.
Struktur dan Komposisi Dewan Pertandingan
Berdasarkan ketentuan PB IPSI dan Persilat, susunan perangkat pertandingan adalah sebagai berikut:
| Posisi | Jumlah | Tugas Utama |
|---|---|---|
| Wasit | 1 orang | Memimpin jalannya pertandingan di gelanggang, mengatur tempo, memberikan aba-aba, dan menegakkan aturan. |
| Juri | 5 orang | Menilai teknik, ketepatan serangan, pertahanan, keindahan gerak, dan sportivitas pesilat. |
| Ketua Dewan Wasit-Juri | 1 orang | Mengawasi jalannya pertandingan dari luar gelanggang dan memutuskan bila terjadi sengketa penilaian. |
| Pencatat Nilai dan Waktu | 2–3 orang | Mengoperasikan sistem skor elektronik/manual dan mengatur durasi pertandingan. |
| Petugas Medis dan Keamanan | 2–4 orang | Menjamin keselamatan pesilat selama pertandingan. |
Dengan komposisi ini, setiap laga silat tidak hanya menjadi pertarungan fisik, tetapi juga ritual disiplin dan integritas moral.
Peran dan Tanggung Jawab Wasit
Wasit adalah pemimpin gelanggang, penentu ritme dan pengawal tata tertib.
Ia berdiri di tengah arena, dan ia bukan sebagai penguasa, melainkan sebagai penjaga keseimbangan.
Tugas-tugas utama wasit antara lain:
- Memulai dan mengakhiri pertandingan dengan aba-aba resmi.
- Mengawasi seluruh pergerakan pesilat, memastikan setiap serangan dan tangkisan sesuai aturan IPSI.
- Memberikan peringatan (teguran) atau hukuman atas pelanggaran teknis atau etika.
- Menjaga keamanan dan keselamatan pesilat.
- Menentukan keputusan akhir bila terjadi situasi khusus (misalnya pesilat tidak dapat melanjutkan pertandingan).
Sikap seorang wasit harus tenang, objektif, dan tegas tanpa emosional.
Dalam ajaran PSHT, wasit sejati diibaratkan seperti air yang jernih, yang tidak memihak, namun memantulkan kebenaran dengan bening.
Peran dan Tanggung Jawab Juri
Kelima juri duduk mengelilingi gelanggang, masing-masing di sisi berbeda.
Mereka menilai setiap serangan, tangkisan, elakan, sapuan, dan jatuhan dengan ketelitian tinggi.
Tugas utama juri meliputi:
- Memberikan nilai teknik dan efektifitas serangan secara objektif.
- Menilai ketenangan, keseimbangan, dan kontrol diri pesilat.
- Menjaga konfidensi dan konsistensi penilaian selama pertandingan.
- Menyampaikan hasil penilaian elektronik/manual kepada Ketua Dewan Juri.
Setiap juri bekerja mandiri, tanpa saling mempengaruhi, sehingga hasil akhir mencerminkan pandangan kolektif yang adil dan proporsional.
Dalam pandangan moral silat, lima juri diibaratkan pancaindra, di mana setiap satu menilai dari arah berbeda, namun kesimpulannya lahir dari hati yang jernih.
Prosedur dan Koordinasi Pertandingan
- Sebelum Pertandingan:
Wasit memeriksa kesiapan pesilat dan perlengkapan pengaman, sementara juri menyiapkan formulir penilaian.
Pesilat saling memberi hormat dan berdoa bersama. - Selama Pertandingan:
- Wasit memberi aba-aba “Mulai!”
- Pesilat bertarung dengan durasi 3 babak (tiap babak ±2 menit efektif).
- Juri menilai setiap poin sah: serangan, tangkisan, bantingan, elakan, dan ketenangan.
- Wasit memberikan isyarat bila terjadi pelanggaran atau jatuhan.
- Setelah Pertandingan:
Nilai dikumpulkan dan diproses.
Bila ada perbedaan signifikan antarjuri, Ketua Dewan Wasit-Juri dapat meminta klarifikasi.
Keputusan akhir dibacakan oleh Ketua Pertandingan, bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Nilai Sportivitas dan Etika Dewan Pertandingan
Dalam tradisi silat, posisi wasit dan juri adalah amanah moral, bukan kekuasaan.
Mereka dituntut untuk menjaga:
- Integritas pribadi, tidak berpihak.
- Konsistensi penilaian, tidak terpengaruh sorakan atau tekanan.
- Kerendahan hati, karena keputusan mereka menyangkut martabat pesilat dan perguruan.
PSHT menegaskan bahwa keadilan adalah bagian dari kejujuran batin seorang pendekar.
Oleh karena itu, siapa pun yang menjadi wasit atau juri harus telah ditempa dalam nilai kesatria: adil, bijak, dan berjiwa jernih.
Perkembangan Teknologi dalam Penjurian
Seiring zaman, sistem penilaian pertandingan telah berkembang.
IPSI kini menggunakan sistem skor elektronik (e-scoring) yang merekam setiap serangan melalui sensor pada body protector.
Namun, kehadiran teknologi tidak menggantikan hati manusia, karena juri tetap berperan penting menilai unsur seni, sikap, dan kontrol diri yang tak bisa diukur oleh mesin.
Keseimbangan antara teknologi dan kebijaksanaan manusia ini adalah bukti bahwa pencak silat selalu menjaga ruh tradisi dalam kemajuan zaman.
Penutup
Pertandingan pencak silat dipimpin oleh 1 wasit dan 5 juri bukan semata karena kebutuhan teknis, tetapi karena keyakinan mendalam akan nilai keadilan dan keseimbangan.
Enam insan ini menjadi simbol dari enam arah pandangan moral kesatria: ke atas untuk Tuhan, ke bawah untuk bumi, dan ke empat penjuru untuk sesama manusia.
Selama wasit dan juri menjaga kejujuran dan keteguhan nurani, maka gelanggang silat akan selalu menjadi tempat suci di mana kebenaran ditegakkan dengan hormat, dan kemenangan diraih dengan budi pekerti.


Post a Comment