Senam Toya PSHT 1-25
Table of Contents
Senam Toya PSHT 1-25
Toya, Tongkat Kehidupan dan Senjata Ksatria
Di awal peradaban, ketika manusia pertama kali menjejakkan kaki di bumi, salah satu alat pertama yang digenggamnya adalah sebatang kayu, sebuah tongkat. Alat sederhana ini menjadi perpanjangan tangan, penopang langkah dalam perjalanan jauh, simbol wibawa bagi seorang pemimpin, dan pada akhirnya, senjata pertama untuk mempertahankan diri. Tongkat, atau dalam khazanah persilatan Nusantara dikenal sebagai toya, adalah warisan purba yang mengalir dalam darah setiap ksatria.
Namun, di tanah Jawa yang subur akan spiritualitas, sebuah kata dapat memiliki lapisan makna. "Toya" dalam bahasa Jawa Kawi juga berarti "air". Bukan sembarang air, melainkan air suci yang digunakan dalam ritual penyucian, banyu perwitosari, atau air sari bunga yang membersihkan jiwa dan raga. Air adalah sumber kehidupan dan elemen pembersih.
Pemilihan nama "Toya" untuk sistem permainan tongkat dalam Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), yang kemudian diwujudkan dalam materi senam toya psht, bukanlah sebuah kebetulan. Ini adalah sebuah ajaran yang tersirat. Menggenggam toya adalah laksana menggenggam kekuatan air, ia bisa menjadi lembut menenangkan, namun juga dahsyat menghancurkan. Memainkannya adalah sebuah proses penyucian diri, sebuah meditasi gerak untuk membersihkan hati dan menatanya kembali dalam harmoni.
Jejak Langkah Para Pendehulu Setia Hati
Untuk memahami kedalaman senam toya psht, kita harus menelusuri kembali jejak para tokoh yang meletakkan fondasi ajaran Setia Hati. Aliran ini merupakan hasil dari sebuah pengembaraan epik dan sintesis agung dari berbagai ilmu persilatan serta kearifan spiritual Nusantara.
Kisah ini dimulai dari Ki Ngabehi Soerodiwiryo, seorang pengembara ilmu sejati. Perjalanannya adalah sebuah tapestri yang ditenun dari pengalaman di berbagai daerah, mulai dari Jawa Barat hingga Ranah Minang di Sumatera. Dari perpaduan inilah, cikal bakal ajaran Setia Hati yang menyeimbangkan olah gerak dan olah batin mulai terbentuk.
Dari rahim ajaran Setia Hati inilah lahir Ki Hadjar Hardjo Oetomo, seorang pejuang sejati. Pada tahun 1922, di Desa Pilangbango, Madiun, beliau mendirikan cikal bakal PSHT. Beliau mendemokratisasi ajaran Setia Hati, menjadikannya dapat diakses oleh rakyat jelata dengan tujuan menanamkan jiwa keberanian untuk melawan penindasan. Pada konferensi pertama tahun 1948, nama organisasi diubah menjadi "Persaudaraan Setia Hati Terate", menandai sebuah pergeseran fundamental. PSHT tidak lagi hanya tempat belajar silat, tetapi telah menjadi sebuah gerakan sosial yang diikat oleh tali persaudaraan yang kuat.
Arsitek Gerakan PSHT Mas Irsyad Hadi Widagdo
Jika Ki Ngabehi Soerodiwiryo adalah sang Pencari Ilmu dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah sang Bapak Pendiri, maka PSHT memiliki satu tokoh lagi yang perannya tak kalah monumental: Bapak Irsyad Hadi Widagdo. Beliau adalah sang Arsitek dan Kodifikator Ilmu Gerak. Beliaulah yang mentransformasikan kekayaan ilmu gerak PSHT menjadi sebuah kurikulum yang terstruktur, sistematis, dan dapat diajarkan secara konsisten.
Warisan terbesar Bapak Irsyad adalah perannya sebagai "Penyempurna Jurus dan Kripen serta Pencipta 90 Senam Dasar". Beliau mengambil materi-materi gerak dari para pendahulu, kemudian menyusun dan menyempurnakannya. Beliau menciptakan Senam Dasar PSHT 1-90, menyempurnakan 35 Jurus tangan kosong, dan yang paling relevan, beliau adalah pencipta dari keseluruhan sistem permainan tongkat. Beliau menyusun kurikulum senam toya psht yang terdiri dari 25 rangkaian gerak sebagai fondasi, serta lanjutannya yaitu jurus toya psht sebagai aplikasi dinamisnya.
Gambar Senam Toya PSHT 1-25
Setiap gerakan dalam senam toya psht adalah satu mutiara, memiliki keunikan dan fungsinya sendiri. Rangkaian ini menjadi sebuah fondasi latihan stasioner yang bertujuan membangun memori otot, kekuatan, dan pemahaman fundamental tentang bagaimana tubuh dan senjata dapat bergerak sebagai satu kesatuan.
Berikut adalah panduan visual dan deskripsi teknis yang disusun berdasarkan kelompok gambar yang Anda miliki.
Senam Toya 1 - 5
Rangkaian awal ini memperkenalkan fondasi paling dasar. Semua permainan toya diawali dengan Sikap Toya. Untuk Senam 1-15, sikap ini kembali diambil pada setiap hitungan genap (2, 4, 6, 8).
- Senam 1 - 4: Berfokus pada pengenalan empat gerakan dasar: tangkisan atas, tangkisan depan, pukulan atas, dan tusukan depan untuk membangun pemahaman fundamental.
- Senam 5: Pukulan Atas: Tangan yang di depan langsung memegang toya, diikuti putaran untuk melancarkan pukulan dari atas. Seluruh gerakan dilakukan dalam satu hitungan.
Senam Toya 6 - 10
Kelompok gerakan ini mulai mengenalkan variasi serangan dan pemantapan tenaga.
- Senam 6: Pukulan Bawah: Gerakan pukulan yang menyapu dari arah bawah, dilakukan dalam satu hitungan penuh.
- Senam 7: Putaran Badan: Setelah serangan, badan langsung diputar ke belakang untuk melatih kewaspadaan dan transisi.
- Senam 8: Pukulan Bawah: Pengulangan gerakan untuk memantapkan kuda-kuda dan tenaga.
- Senam 9: Pukulan Atas: Pengulangan gerakan untuk mengasah kembali kecepatan dan ketepatan.
- Senam 10: Kombinasi Pukulan Atas dan Bawah: Serangan beruntun yang dimulai dengan pukulan atas, kemudian langsung dilanjutkan dengan pukulan bawah dalam satu hitungan.
Senam Toya 11 - 15
Pada tahap ini, gerakan mulai menjadi lebih dinamis dengan pergerakan maju.
- Senam 11: Sikap Toya Maju: Sebuah sikap transisi untuk mempersiapkan gerakan ke arah depan.
- Senam 12: Maju Pukulan Atas Bergantian: Praktisi maju sambil melakukan pukulan atas, dengan kaki melangkah maju secara bergantian.
- Senam 13: Maju Pukulan Bawah Bergantian: Serupa dengan gerakan ke-12, namun serangan yang dilakukan adalah pukulan bawah.
- Senam 14: Maju Pukulan dan Tusukan Belakang: Gerakan maju sambil melakukan pukulan atas, diakhiri dengan memutar badan untuk melakukan tusukan ke belakang (B Toya).
- Senam 15: Maju Tangkis Buang dan Pukulan Bawah: Dimulai dengan gerakan maju sambil melakukan tangkis buang, yang kemudian dilanjutkan dengan pukulan bawah.
Senam Toya 16 - 20
Rangkaian ini memperkenalkan gerakan yang lebih kompleks dan kombinasi maju-mundur. Aturan sikap berubah, di mana sikap kembali diambil hanya pada hitungan 4 dan 8.
- Senam 16: Dayungan (Sautan Toya): Sebuah gerakan menyapu lebar yang berfungsi untuk bertahan sekaligus mempersiapkan serangan balik.
- Senam 17: Maju-Mundur, Tusuk dan Serampang: Kombinasi gerak yang diawali dengan maju tusukan lurus, diikuti mundur sambil menangkis, lalu memutar badan sambil melakukan serampang toya (tebasan).
- Senam 18 & 19: Maju Pukulan Atas: Latihan pukulan atas dari posisi kaki sikap sambil melangkah maju.
- Senam 20: Kombinasi Maju-Mundur Pukulan: Rangkaian dinamis yang menggabungkan maju pukulan atas (hitungan 1 & 3) dan mundur pukulan bawah (hitungan 2).
Senam Toya 21 - 23
Fokus pada gerakan menghindar, kelincahan, dan serangan dari posisi rendah.
- Senam 21: Mundur Hindar dan Serkelan Bawah: Dimulai dengan mundur hindar ales, diikuti langkah silang mundur sambil melakukan serkelan (putaran) bawah dengan toya.
- Senam 22: Serampang dan Tusukan Bawah: Dimulai dengan serampang toya, dilanjutkan dengan maju tusukan bawah, dan diakhiri dengan putar badan untuk tusukan belakang (B Toya).
- Senam 23: Lompatan dan Duduk Sempok: Gerakan eksplosif berupa lompatan ke depan dengan kuda-kuda tengah sambil melakukan tusukan lurus, kemudian dilanjutkan dengan menarik kaki ke posisi duduk sempok sambil menghindar.
Senam Toya 24 - 25
Dua gerakan penutup yang menggabungkan serangan dari posisi bawah dan perputaran badan.
- Senam 24: Pasang Bawah dan Jatuhan: Dimulai dari posisi pasang bawah, dilanjutkan dengan maju pukul bawah, kemudian maju dengan langkah lewah (menyilang) yang disertai jatuhan sambil melakukan pukulan atas.
- Senam 25: Maju Serong dan Tusukan Belakang: Diawali dengan gerak maju menyerong sambil melakukan tusukan depan. Kemudian, kaki yang terangkat diletakkan di depan, badan diputar untuk mengeksekusi tusukan ke arah belakang (B Toya).
Gambar Senam Toya PSHT 1-25 PDF
Warisan yang Terus Hidup
Perjalanan membedah senam toya psht membawa kita pada sebuah kesimpulan mendalam. Rangkaian 25 gerakan ini bukanlah sekadar teknik bela diri, melainkan sebuah wasiat hidup yang merangkum esensi dan falsafah ajaran Setia Hati.
Warisan abadi Bapak Irsyad Hadi Widagdo tidak hanya terletak pada bentuk fisik dari senam dan jurus. Warisan sejatinya adalah penciptaan sebuah jalan, sebuah kurikulum terstruktur yang memungkinkan jutaan manusia untuk dapat mengakses dan memahami ajaran Setia Hati secara utuh.
Pada akhirnya, tujuan dari seluruh latihan ini adalah perwujudan dari ajaran Ke-SH-an PSHT yang bermuara pada satu cita-cita tertinggi Persaudaraan Setia Hati Terate:
Memayu Hayuning Bawana, sebuah frasa Jawa yang berarti "turut serta memperindah keindahan dunia". Tujuan ini tidak dicapai dengan menaklukkan orang lain, melainkan dengan menaklukkan diri sendiri terlebih dahulu. Melalui disiplin senam toya psht dan pemahaman mendalam akan jurus toya psht, seorang praktisi ditempa untuk menjadi pribadi yang seimbang: kuat namun tidak sombong, berani namun bijaksana, terampil namun rendah hati. Inilah warisan yang sesungguhnya, sebuah simfoni gerak yang terus bergema untuk melahirkan insan-insan berbudi luhur.
Post a Comment